Permasalahan
Masyarakat Di Indonesia
“Mahasiswa
Indonesia di Mesir harus menjadi bagian dari solusi, bukan menjadi bagian dari
masalah sosial terkait tenaga kerja informal Indonesia di Mesir”.
Hal tersebut ditegaskan oleh Muhammad Abdullah, Minister Counsellor-Protokol dan Konsuler KBRI Cairo dalam pembukaan Seminar yang mengusung tema “Perspektif Emansipasi Perempuan; Menyibak Kebekuan Interaksi Sosial di Mesir” yang dilaksanakan di Griya Jawa Tengah (18/10/2011). Acara dihadiri lebih dari 100 mahasiswi serta beberapa tenaga kerja wanita Indonesia di Mesir.
Abdullah juga menyampaikan bahwa KBRI sangat menyambut positif inisiatif dari mahasiswa Indonesia di Mesir yang memiliki kepedulian dan inisiatif-inisiatif yang berharga. Oleh karena itu, KBRI menaruh harapan yang tinggi terhadap peran mahasiswa Indonesia dalam penanganan permasalahan-permasalahan yang terkait dengan tenaga kerja informal Indonesia di Mesir.
Seminar yang diorganisir oleh Fatayat NU Mesir, Aisyiah Mesir dan beberapa organisasi Keputrian mahasiswa Indonesia di Mesir tersebut mendapat dukungan sepenuhnya dari KBRI Cairo yang memiliki kebijakan perlindungan dan keberpihakan kepada warga negara Indonesia termasuk TKI di Mesir.
Ketua Wihdah (organisasi mahasiswi Indonesia di Mesir), Wafiah Ahdiyah, menyampaikan harapan agar seminar dapat memperkuat kesadaran untuk kemudian dapat melakukan aksi nyata dalam memberikan kepedulian kepada tenaga kerja informal Indonesia di Mesir.
Tiga pembicara dihadirkan dalam seminar tersebut, yaitu Ali Andika Wardhana (Sekretaris III Protokol & Konsuler KBRI Cairo), Monica Subandi (Tenaga Kerja Indonesia di Mesir), dan Aprina Levi Wulandari (mantan ketua Wihdah).
Ali Andika Wardhana dalam paparannya menjabarkan secara mendalam kondisi tenaga kerja Indonesia di Mesir dan upaya KBRI dalam memberikan perlindungan. Ditegaskan dalam paparannya bahwa Mesir sampai sekarang tetap bukan menjadi tujuan pengiriman tenaga kerja informal Indonesia karena perundang-undangan Mesir melarang adanya tenaga kerja asing di sektor informal. Aturan ini pada akhirnya menjadikan lemahnya posisi tenaga kerja informal Indonesia di mata hukum.
Meskipun demikian, Ali Andika menambahkan, hal tersebut tidak menyurutkan kepedulian dan keberpihakan KBRI kepada para tenaga kerja informal Indonesia yang berada di Mesir. KBRI senantiasa menjadikan perlindungan kepada warga negara Indonesia, tidak terkecuali tenaga kerja informal Indonesia sebagai salah satu prioritas utama.
Bagi para TKI yang membutuhkan, KBRI memberikan penampungan dan perlindungan TKI yang melarikan diri dari majikan, meminta pertanggungjawaban majikan atas hak-hak TKI, memberikan pendampingan hukum kepada TKI yang mendapat masalah hukum, memulangkan TKI yang berada di penampungan ataupun yang ditahan pihak Imigrasi atas tuduhan penyalahgunaan visa serta memberikan bantuan medis kepada yang membutuhkan.
Di sisi lain, guna menangani permasalahan hulu pengiriman TKI ke Mesir, KBRI terus berkoordinasi dengan instansi terkait di Indonesia (Kemlu, BNP2TKI, POLRI), instansi terkait di Mesir maupun dengan organisasi internasional. KBRI juga melakukan pendekatan kepada pihak Kementerian Luar Negeri dan Kementerian Tenaga Kerja Mesir mengenai perlunya MOU antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Mesir yang mengatur perlindungan terhadap tenaga kerja informal Indonesia.
Mengenai permasalahan sosial yang dihadapi TKI di Mesir, Ali menyampaikan bahwa mahasiswa Indonesia sebagai kelompok mayoritas WNI di Mesir memiliki peran penting dalam membantu menanganinya. Akan tetapi disayangkan masih ada beberapa pihak yang ditengarai justru menjadi bagian dari masalah tersebut, karena secara sadar maupun tidak berperan sebagai pihak yang melakukan tindakan perdagangan orang, atau yang terkenal dengan istilah human trafficking.
Oleh karena itu maka WNI, khususnya mahasiswa perlu memahami betul masalah human trafficking ini. Human trafficking sendiri mengacu kepada tindakan mencari, menerima (menampung), mengirim/ memindahkan tenaga kerja dengan cara mengancam, menculik, menipu, memanfaatkan ketidaktahuan/kepolosan atau memberi imbalan dengan tujuan mengeksploitasi, memeras tenaga kerja, dan/atau untuk mendapat keuntungan.
Dalam menghadapi permasalahan ini, mahasiswa dapat memberikan kontribusinya melalui pemberian informasi kepada KBRI apabila menemui TKI yang mengalami masalah (ditelantarkan/ kabur dari majikan, berada di tahanan, dll) guna mendapat penanganan, memberikan informasi kepada KBRI apabila menemukan indikasi terjadinya human trafficking, berpartisipasi dalam penyuluhan terhadap WNI termasuk TKI, dan tidak kalah pentingnya turut memberikan sumbangan pemikiran kepada pembuat kebijakan di Indonesia terkait permasalahan TKI di luar negeri.
Di akhir paparannya, Ali menginformasikan nomor hotline perlindungan WNI yang dapat dihubungi sewaktu-waktu: 01015185795.
Sementara itu, Monica Subandi, mengutarakan pentingnya semua pihak, terutama para TKI untuk tidak hanya menuntut hak, tatapi juga memahami dan melaksanakan kewajibannya selaku pekerja di negeri orang. Perhatian terhadap keabsahan dokumen, seperti paspor dan visa menjadi hal mendasar yang perlu diutamakan.
Aprina, sebagai perwakilan mahasiswi mengajak semua peserta seminar untuk menghargai perjuangan dan arti penting TKI dalam memberikan kontribusi kepada bangsa dan negara Indonesia. Aprina sangat setuju perlunya mahasiswi untuk melakukan aksi nyata dalam menunjukkan kepeduliannya kepada TKI di Mesir, khususnya mereka yang dapat dijangkau oleh mahasiswi. Aksi nyata tersebut dapat berupa memberikan pengajian berkala, konseling, pelatihan dan lain sebagainya.
Dalam diskusi tersebut, mengemuka semangat dan keinginan untuk melakukan aksi nyata yang akan dikoordinir oleh Wihdah, Fatayat NU, Aisyiah Muhammadiyah, dan organisasi keputrian lainnya Mesir.
Permasalahan lingkungan
Lingkungan adalah tempat tinggal
serta tempat dimana kita bersosialisi bersama orang-orang disekitar, udara yang
cukup sejuk dipagi hari mengawali lingkungan ku susasan yang cukup aman
disertai dengan keadaan orang-orang yang bertutur kramah. banyak pohon yang
indah mewarnai keadaan lingkungan ku, suasana keadaan jalan yang tidak
terdengar didaerah lingkungan ku membuat keadaan semakin tidak bising dan
santai. Tetapi banyak terjadi masalah-masalahyang cukup menyulitkan keadaan.
Setiap lingkungan pasti mempunyai
masalah yang beraneka ragam seperti halnya pada diri kita yang tidak luput dari
masalah. permasalahan lingkungan sendiri tidak luput dari orang-orang yang
tidak pernah memperhatikan keaadaan disekitar tempat tinggalnya, tidak adanya
kerja sama gotong royong membersihkan lingkungannya sendiri terkadang sesorang
terlalu santai untuk memperhatikan kendala seperti ini yang dampaknya cukup
besar nantinya. Kemudian masalah banyaknya pengganguran yang terjadi
dilingkungan yang akhirnya seseorang putus asa dalam menjalani kehidupan,
kemudian masalah banyaknya omongan-omongan tidak sedap yang didengarkan yang
dampaknya negatif bagi orang tersebut. banyak masalah-masalah yang belum bisa
diceritakan dilingkungan kita.
Sebaiknya disetiap lingkungan wajib
agar setiap warganya diadakan pertemuan membahas keadaan lingkungan tempat
tinggalnya sediri, disamping menjaga silahturahmi kerja sama dan gotong
royongpun semakin erat terjadi. Masalah-masalah seperti banyaknya pengganguran
kita sediri yang harus memberikan motivasi dan semangat agar orang-orang yang
tidak mempunyai semangat bekerja dengan kita memberikan saran motivasi orang
tersebut akan terdorong untuk bekerja. Pentingnya silahturahmi adalah salah
satu solusi agar masalah-masalah yang terjadi dilingkungan kita bisa diatasi
semua.
Permasalahan Individu
Sudah cukup lama dirasakan adanya
ketidakseimbangan antara perkembangan intelektual dan emosional remaja di
sekolah menegah (SLTP/ SLTA). Kemampuan intelektual mereka telah dirangsang
sejak awal melalui berbagai macam sarana dan prasarana yang disiapkan di rumah
dan di sekolah. Mereka telah dibanjiri berbagai informasi,
pengertian-pengertian, serta konsep-konsep pengetahuan melalui media massa
(televisi, video, radio, dan film) yang semuanya tidak bisa dipisahkan dari
kehidupan para remaja sekarang. Dari segi fisik, para remaja sekarang juga
cukup terpelihara dengan baik sehingga mempunyai ukuran tubuh yang sudah tampak
dewasa, tetapi mempuyai emosi yang masih seperti anak kecil. Terhadap kondisi
remaja yang demikian, banyak orang tua yang tidak berdaya berhadapan dengan
masalah membesarkan dan mendewasakan anak-anak di dalam masyarakat yang
berkembang begitu cepat, yang berbeda secara radikal dengan dunia di masa
remaja mereka dulu.
Masalah Remaja Di Sekolah Remaja
yang masih sekolah di SLTP/ SLTA selalu mendapat banyak hambatan atau masalah
yang biasanya muncul dalam bentuk perilaku. Berikut ada lima daftar masalah
yang selalu dihadapi para remaja di sekolah.
Solusi
terbaik dibutuhkan adanya refleksi yang mendalam, kontemplasi diri yang total,
dan definisi yang obyektif. Saya hanyalah pesiarah yang mencari kesempurnaan
hidup Kesiarahan saya masih sangat jauh. Relung-relung idealisme dan
lentingan-lentingan kenyataan, masih terus menghantui perjalanan hidup saya.
entah kapan kehausan akan kesempurnaan itu saya nikmati. Bisingnya dunia dan
garangnya bumi, meliluhlantahkan kehausan tersebut. Ternyata saya terus
menikmatinya, walau aku selalu bertanya” apa yang harus saya cari” Mungkin
pesiarahan itu akan berakhir pada saat saya mendesah. Entahlah, lalu, siapakah
manusia it? Siapakan saya? siapakah engkau? Aku adalah diriku sendiri Aku hidup
dan bernafas Aku berpikir dan merasa Aku mencinta dan merasa takut Aku berharap
dan benilai Aku bertumbuh dan berubah Aku lama kelamaan menjadi A K U. Diri
kita adalah samudra penuh rahasia Yang manti untuk dijelajahi Kita adalah
makhluk hidup yang unik Yang merenungkan asal-usul kita Dan berikhtiar
merencanakan masa depan . Dan selasumengkoreksi diri sendiri agar tidak salah
jalan, makddut dari salah jalan yaitu tidak salah pilih dalam hal-hal yang
berbau negatif.