468x60 Ads

Massempe Tradisi Warga Bugis Bone Menyambut Pesta Panen Raya (Tugas ISD 2)

Berbagai macam cara dan tradisi dilakukan warga dalam rangka menyambut pesta panen raya pada bulan syawal, di kabupaten bone sulawesi selatan, salah satu tradisi yang dilakukan adalah massempe, atau aksi duel tarung bebas dengan mengandalkan kekuatan tendangan kaki yang diperankan oleh kaum pria yang berusaha untuk menjatuhkan lawannya dengan tendangan.

Warga di desa jaling kecamatan awangpone kabupaten bone sulawesi selatan, mengelar tradisi massempe yang di gelar setiap tahunnya untuk menyambut pesta panen raya pada bulan syawal,.bagi warga bugis, acara tradisi tesebut terbilang unik,karena bertarung dengan mengunakan kaki,saling tendang hingga peserta mengalami luka maupun cedera. Namun diantara mereka tidak ada dendam saat usai berlaga. Ratusan warga tumpah ruah memenuhi lapangan di dusun lapuse desa jaling, tempat digelarnya tradisi tahunan warga ini, tradisi massempe bagi warga bugis merupakan moment menarik yang selalu dinantikan setiap tahunnya sekaligus sebagai ajang silaturahmi dengan warga desa lainnya.

Sebelum melakukan pertarungan, terlebih dahulu para peserta melakukan prosesi berjalan sambil menepuk-nepuk paha mengelilingi lapangan mengundang lawan untuk bertarung.

Satu-perersatu, peserta bertarung satu lawan satu, dalam pertarungan ini peserta hanya bisa mengandalkan kaki, dan tak boleh menggunakan tangan, duel yang berlangsung dipandu oleh dua orang sesepuh kampung.

Menariknya pertarungan, tak jarang penonton merangsek masuk ke arena laga untuk berebutan tempat posisi terdepan agar dapat di lihat lebih dekat. Tempat paling depan, akibatnya tak jarang pula membuat repot petugas yang berjaga.

Tradisi massempe,juga memiliki aturan tersendiri, jika ada yang melanggar aturan yang telah ditetapkan secara turun temurun itu, maka peserta yang melanggar akan mendapatkan hukuman, tidak akan diikutkan bertanding pada tahun berikutnya.aturan yang lain tidak boleh dilanggar, peserta duel tidak dibolehkan menggunakan tangan, tradisi massempe dilakukan dengan pertandingan dua pria yang seumuran seperti silat.

Pertarungan akan dilangsungkan dengan cara duel hingga akhirnya mendapatkan petarung terkuat. Meskipun pemenang dalam petarung ini tidak mendapatkan hadiah dari panitia atau pemangku adat, namun kebanggaan tersendiri, akan dirasakan oleh setiap peserta yang telah tampil mempertunjukkan ketangkasan dan kekuatannya di depan para warga yang menontonnya. Salah satu peserta, mengatakan,, pesta adat ini merupakan salah satu warisan nenek moyang yang harus di lestarikan.

Massempe tidak hanya diperankan oleh kaum pria dewasa saja, namun anak anak yang masih berusia delapan hingga lima belas tahun juga dibolehkan ikut dalam aksi lagi ini. Igho-bone.

0 komentar:

Posting Komentar